Selamat datang di carabudidayasukses.com

Budidaya Sengon dengan Sistem Tumpang Sari

Friday 26 July 20131comments

Budidaya Sengon


Kayu dari dulu hingga sekarang merupakan komoditi dengan nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan kayu tak pernah surut sehingga produksi kayu mulai mengalami penyusutan, selain juga dikarenakan akibat kerusakan hutan yang ada di Indonesia. Sedangkan di pihak lain, kebutuhan kayu untuk keperluan bahan bangunan makin bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk. Masalah kelangkaan kayu ini menjadi suatu permasalahan, di lain sisi bisa juga menjadi peluang menguntungkan. Kayu adalah sumber daya dari alam yang dapat diperbaruhi. Bila para petani mampu dan mau membudidayakan tumbuhan kayu-kayuan, tentu saja kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan.

Budidaya kayu-kayuan di Indonesia utamanya di Jawa mengalami banyak kendala. Satu kendala yang umum dijumpai adalah lahan budidaya yang terbatas. Lahan yang ada lebih diintensifnya untuk lahan pertanian daripada sebagai lahan untuk hutan rakyat. Pertanian memang menjadi hal yang tak bisa ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia karena pertanian adalah mata pencaharian yang utama. Untuk dapat membudidayakan tumbuhan jenis kayu-kayuan, diperlukan metode penanaman menggunakan sistem tumpang sari dimana sistem ini menggabungkan tanaman pertanian dengan tanaman kayu-kayuan jadi satu dalam suatu lahan.

Pemilihan jenis tanaman yang hendak ditanam dalam sistem tumpang sari sangatlah menentukan kesuksesan sistem tumpang sari itu sendiri. Pohon sengon yang bernama latin Paraserientes falcataria adalah kelompok tanaman kehutanan dengan kecepatan tumbuh cukup tinggi serta daur yang cukup singkat (6 – 8 tahun). Budidaya sengon dapat dilakukan secara optimal pada ketinggian sekitar 400 -700 mdpl, maka dari itu sengon sangat cocok untuk dibudidayakan di daerah daratan tinggi. Tanaman sengon memiliki jenis daun kecil-kecil dan pola tajuk yang tak terlalu rapat, oleh karena itu tanaman di bawahnya masih mendapatkan cukup sinar matahari. Dari sifat-sifat tersebut, sengon sangat cocok untuk dijadikan tanaman pokok pada sistem tumpang sari. Sedangkan, tanaman sela untuk ditanam di bawahnya diantaranya bisa berupa umbi-umbian, jagung, rumput gajah, ketela pohon, dan dari jenis empon-empon.

Budidaya sengon menggunakan sistem tumpang sari sangat diharapkan mampu mengangkat kesejahteraan petani karena selain mereka diuntungkan dari hasil pertanian, petani juga bisa mendapatkan hasil tambahan dari panen sengon. Kayu pohon sengon mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi selain pemasarannya yang mudah pula. Agar panen mendapatkan hasil yang maksimal, sistem tumpang sari perlu diterapkan dengan cara yang benar.  

Budidaya Sengon menggunakan Sistem Tumpang Sari
Yang paling menentukan keberhasilan dalam sistem tumpang sari yakni pengaturan jarak penanamannya. Jarak tanam perlu diatur agar intesitas cahaya matahari serta kebutuhan dapat terpenuhi, baik untuk tanaman pokok maupun tanaman sela. Bila jarak tanam sangat dekat, akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga hasilnya kurang optimal. Hal lain yang sangat menentukan keberhasilan tanam adalah lebar tajuk, kondisi tanah, kerapatan tajuk, keadaan naungan, dan karakteristik akar.

Jarak tanam paling ideal untuk tanaman pokok (yakni sengon) adalah 4 x 1 m, sedangkan dalam jarak 2 m antara tanaman pokok bisa ditanami dengan tanaman sela. Pola penanaman yang diterapkan menggunakan arah larikan timur menuju barat, hal ini dimaksudkan agar cahaya matahari bisa menerobos masuk setiap harinya sesuai arah edar matahari dari arah timur menuju barat.

Selain itu, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah tinggi tanaman sela tak boleh melebihi tinggi tanaman pokok. Hal ini bertujuan agar tidak menghambat pertumbuhan dari tanaman pokok. Sebaiknya, tanaman sela ditanam setelah umur tanaman pokok mencapai 1 tahun, agar tanaman pokok lebih tinggi 1 m dibandingkan tanaman sela. Kecukupan nutrisi dalam tanah juga memiliki peranan penting, sehingga intensitas pemupukan harus dijaga tetap rutin agar kebutuhan nutrisi tetap terjamin. Pemupukan tanaman pokok sendiri hendaknya dilakukan sejak lubang tanam dibuat. Lubang tanam untuk tanaman pokok dibuat satu bulan sebelum tanaman pokok ditanam, dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Pupuk diberikan dengan pencampuran pupuk kimia (TSP, Urea, KCL, NPK,) sebanyak 2 ons dan pupuk kompos sebanyak 2 kg untuk masing-masing lubang tanam. Sedangkan pemupukan lanjutan bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan.

Selain faktor pemupukan, perlu dilakukan perawatan pada tanaman pokok diantaranya prunning (yakni pemangkasan cabang). Prunning harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi percabangan pada batang tanaman pokok. Sedangkan, penanaman susulan guna mengganti tanaman-tanaman yang mati bisa dilakukan hingga usia tanaman pokok menginjak 2 tahun. Ketika tanaman pokok mencapai usia 3-4 tahun, segera lakukan tebang penjarangan hingga 50% populasi. Hal ini dilakukan untuk mengatur kerapatan sehingga sengon dapat tumbuh optimal. Penebangan untuk penjarangan bisa dilakukan dengan cara menyeleksi pohon mana yang pertumbuhannya kurang baik atau mempunyai cacat batang. Sengon dapat dipanen ketika umurnya menginjak 6 tahun dan diameter batang sengon kira-kira mencapai 30 cm.

Analisis Keuntungan dan Biaya 
Analisis biaya budidaya sengon dilakukan dengan mengabaikan total biaya penanaman tanaman sela beserta keuntungan dari hasil panennya. Untuk lahan seluas 1 hektar, bisa ditanami tanaman sengon hingga 2500 pohon. Apabila tebang penjarangan dilakukan hingga 50%, maka akan menyisakan 1.250 pohon. Bila angka mortalitas (kematian) sengon mencapai 10%, maka selanjutnya akan didapatkan hasil panen sejumlah 1.125 pohon sengon. Dengan asumsi diameter batang sepanjang 30 cm, maka setiap 1 m3 kayu sengon dapat memuat kira-kira 5 pohon. Sehingga hasil panen sengon mencapai kira-kira 225 m3 kayu. Untuk harga kayu sengon di pasaran sekarang mencapai Rp 750.000,-/1 m3. Maka, hasil panen sengon mencapai sekitar Rp.168.750.000,-
Biaya penanaman sengon diantaranya mencakup biaya sewa untuk lahan, pembelian bibit, penyiapan lahan, pemupukan, serta perawatan. Apabila biaya yang dibutuhkan dari penanaman sampai masa panen diperkirakan mencapai Rp.50.000.000,- maka hasil keuntungan yang diperoleh dari budidaya tanaman sengon untuk satu masa panen (± 6 tahun) adalah Rp. 108.750.000,-. 

Biasanya, pemilik lahan mengaplikasikan sistem tumpang sari sekaligus untuk menutupi biaya hidup penjaga kebun, diantaranya dengan menanam jenis bawang merah, lombok rawit, dan jagung manis. Lombok rawit dan bawang merah membutuhkan matahari penuh, maka dari itu tumpangsari hanya bisa diterapkan sebelum pohon tumbuh tinggi.

Tumpangsari pada perkebunan sengon
Meskipun tanaman sengon diketahui sebagai tanaman keras dengan masa panen paling cepat, namun masa tunggu hingga 5 tahun lamanya bagi investor tentu sangat menjemukan. Untuk mengatasi rasa jemu tersebut, variasi dengan tumpang sari sangatlah penting. Tumpangsari juga dapat membantu para petani memperoleh pendapatan untuk jangka pendek. Perlu anda ingat agar jangan sekali-kali menerapkan mekanisme tumpang sari dengan jenis tanaman seperti kacang tanah, singkong, dan kayu jenis keras seperti jengkol, petai, mangga, rambutan, apalagi jati. 

Itulah sedikit informasi seputar budidaya sengon dengan sistem tumpang sari. Cukup menarik bagi anda yang menginginkan variasi tanam selain pola monoton dan juga mampu mendatangkan keuntungan tambahan.

Share this article :

+ comments + 1 comments

Anonymous
20 November 2019 at 08:59

asalamaualaikum, saya mau tanya ,,apa bisa kebun sengon di tumpangsari dengan singkong, yang membuat saya bingung di awal tulisan anda di perbolehkan tumpangsari sengon dengan ketela pohon tetapi pada penututupan kata anda sebutkan tidak di bolehkan tumpangsari antara sengon dengan singkong, penjelasannya saya ucapkan terimakasih

Post a Comment

 
Support : Cara Budidaya Sukses
Copyright © 2011. Situs Cara Budidaya Sukses - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger